Kamis, 20 Maret 2014

Menj(el)ajah China Utara, Beijing - Shanghai - Hangzhou (5)

Zhujiajiao, Water Town yang Menawan

Terdapat beberapa water town di sekitar Kota Shanghai, yaitu Zhujiajiao, Tong Li, dan Zhou Zhuan. Dari ketiga tempat tersebut, yang bisa dijangkau dari Shanghai dengan waktu paling cepat ialah Zhujiajiao. Diperlukan waktu satu jam untuk menuju Zhujiajiao, 2 jam untuk menuju Zhou Zhuan, dan 3 jam untuk menuju Tong Li. Mengingat waktu di Shanghai yang terbatas, maka Zhujiajiao menjadi pilihan.

Zhujiajiao merupakan perkampungan khas China yang terletak di pinggiran Kota Shanghai, tepatnya di bantaran Sungai Yangtze. Perkampungan ini terdiri atas kanal, jembatan dan rumah di gang sempit. Zhujiajiao merupakan wujud asli kehidupan masyarakat China, rumah-rumah yang berada di gang sempit, mepet kali dengan ornamen khas cina.



Zhujiajiao Water Town
Berdasarkan literatur yang diperoleh, untuk menuju Zhujiajiao dapat menggunakan bus yang bisa didapatkan di Pu’an Road Bus Station, terletak di seberang Musium Shanghai. Untuk menuju terminal bus ini, menggunakan metro line 8 turun di Dashijie dan keluar melalui pintu 2, seberangi jalan, lalu lurus hingga menemukan perempatan, belok kanan, disana berjajar bus menuju Zhujiajiao. Terdapat dua jenis bus, Hu-Zhu Express seharga RMB12 dan Hu-Zhu Route seharga RMB9.

Akan tetapi, saat hendak meninggalkan hotel menuju Pu’an Road Bus Stasiun, iseng membaca tulisan di papan pengumuman hotel. Di papan tesebut tertulis bahwa untuk menuju Zhujiajiao bisa naik bus Hu-Zhu Route dari halte bus di dekat hotel. Wah! Pengumuman yang menggembirakan, tidak perlu membuang waktu untuk menuju Pu’an Road Station.

                                     
Petunjuk di Papan Pengumuman Hotel

Akhirnya menunggu bus Hu-Zhu Route berwarna kuning dari halte di Yanan Road. Cukup berjalan kaki dari hotel untuk menuju halte bus ini. Di halte, tidak terdapat informasi yang menunjukkan jika bus Hu-Zhu Route berhenti di halte ini. Karena khawatir berada di halte yang salah, mencoba mencari halte lain di sekitar jalan itu. Saat menyusuri jalan, tiba-tiba datang bus berwarna kuning kusam. Beruntungnya sang sopir bersedia menghentikan laju busnya walau bukan di halte, terkadang ketidakteraturan membawa keberuntungan.

Bus Hu-Zhu Route seharga RMB9 ini penampakannya tidak sebagus dan sebersih bus-bus lain yang pernah ditumpangi selama di China. Apakah bus ini yang kemudian di cat ulang dan dikirim ke Jakarta sebagai busway berkarat itu? Siapa tahu.

Setelah menempuh perjalanan hampir 1,5 jam, bus tiba di Terminal Zhujiajiao (pemberhentian terakhir). Selanjutnya berjalan kaki menuju Zhujiajao, cukup keluar terminal dan berjalan kaki ke arah kiri. Abaikan saja tukang becak dan sopir di pintu keluar  terminal. Setelah berjalan kaki kurang lebih 400m, ada sebuah pusat perbelanjaan modern yang cukup besar, belok kanan, dan disanalah Zhujiajiao. Atau bisa juga lurus terus sampai bertemu jembatan, tidak perlu naik jembatan tapi menyusuri jalan kecil disampingnya.

Sebelum bertemu sungai yang menjadi sumber kehidupan disini, terlebih dahulu ditemui rumah-rumah kuno dalam gang sempit. Mirip dengan rumah dalam gang sempit di perkotaan Indonesia. Rumah-rumah di gang sempit dan di bantaran kali sudah disulap menjadi tempat komersial seperti toko souvenir, rumah makan, cafe, toko teh atau sekedar obyek wisata berbayar.

Jika ingin mengarungi sungai, terdapat sebuah perahu dengan dua alternatif rute. Short trip seharga RMB65/boat atau long trip seharga RMB120/boat, satu boat berisi maksimal 6 orang. Untuk memuaskan rasa ingin tahu, cukup mencoba yang short trip.



Mengarugi Zhujiajiao

Mencoba makan atau jajanan disini juga disarankan, ada ikan-ikan kecil goreng seharga RMB20/cup, tahu fermentasi, gambas goreng, gulali, kembang tahu, juga aneka masakan babi (jika tidak ada pantangan halal-haram).
                                              
Tahu Fermentasi (bawah) dan Gambas Goreng (atas)

Puas mengarungi sungai, menikmati jajanan dan berfoto, lekas meninggalkan tempat menawan ini kembali ke pusat Kota Shanghai. Kali ini, memilih menggunakan Hu-Zhu Express yang busnya lebih bagus dan lebih cepat sampai di Beijing. Bus Hu-Zhu Express seharga RMB12. Kondisi bus lebih layak dengan pengatur suhu dan via jalan toll sehingga tidak perlu berhenti di setiap halte. Bus express ini tiba di Shanghai dalam waktu satu jam. Pemberhentian di Pu’an Road Bus Stasiun.

Zhujiajiao yang menawan

Xitiandi, China Rasa Eropa

Penj(el)ajahan selanjutny adalah Xintiandi, sambil menahan lapar karena tidak menemukan tempat makan yang pas (pas secara harga, menu dan rasa). Xintiandi, sebuah pedestrian street yang terdiri dari kafe, retoran dan toko-toko. Arisektur bangunan di sini sungguh menarik, dengan melestarikan dan merevitalisasi Shikumen. Shikumen ialah perumahan Shanghai zaman dulu dengan rumah dalam gang kecil dan gerbang-gerbang lengkung dari batu.

Sedikit cerita sejarah, Pada tahun 1842, kaisar Daoguang harus menandatangani perjanjian untuk memberikan Hongkong pada Inggris. Sebuah kekalahan yang memalukan bagi dinasti Qing. Lalu kemudian sesudah Inggris, datanglah Perancis, Amerika Serikat dan Jepang, mereka juga menuntut bagian daerah terutama di Shanghai. Dalam waktu singkat, Shanghai pun menjadi gegap gempita dipenuhi kapal-kapal uap dan filial bank-bank besar Eropa. Akhir abad 19 sampai tahun 1920-an Shanghai menjadi metropol dunia.

Itulah mengapa bangunan-bangunan kuno di Shanghai bergaya Eropa, seperti yang kemarin malam terlihat di The Bund dan hari ini di Xitiandi. Bangunan-bangunan di Xintiandi dibuat dari bata merah, jendela lengkung, dan balkon kecil. Khas Eropa. Menyenangkan sekali.

China rasa Eropa


Di sekitaran Xintiandi juga terdapat situs-situs berjesarah perkembangan RRC seperti tempat kongres pertama partai komunis, rumah tempat tingal Sun Yat Sen, dll. Asiknya, situs-situs ini gratis. Cukup dengan meminta tiket masuk di loket tiket.

Salah satu situs yang sempat dikunjungi ialah tempat pelaksanaan kongres pertama partai komunis, seperti museum sumpah pemuda di Kramat. Sebenernya ingin memasang foto saat di sini, tapi ngeriiii karena ada simbol palu arit.

Puas mengunjungi situs bersejarah, beralih melihat sisi lain Xintiandi. Masih dengan rasa Eropanya. Cantik. Puas. Sayangnya, tidak ada makanan yang terjangkau.

Batu bata merah, gang sempit dan balkon kecil


 Yu Yuan Garden, Maaf Sudah Tutup

Yuyuan Garden merupakan taman klasik di tengah kota yang dibangun pada 1577. Luas taman ini sekitar 2000 meter persegi. Di sekitar Yuyuan Garden terdapat Yuyuan Bazar yang menjual obat-obatan China, makanan, souvenir, aksesori dll. Sangat Ramai.

Guna menuju Yuyuan Garden, menggunakan metro line 10 turun di Yuyuan Station, keluar dari Exit 1 dan berjalan ke arah kanan. Sangat Mudah.

Menahan lapar sejak dari Zhujiajiao, diputuskan makan di restoran cepat saji di Yuyuan bazar. Karena keasyikan makan, tidak disadari bahwa waktu mendekati pukul 17.00, artinya sebentar lagi Yuyuan Garden. Dan benar saja, setelah berjuang menerobos hujan rintik-rintik, sampai Yuyuan garden yang akan tutup beberapa menit lagi.

Ya sudahlah, mari berburu oleh-oleh di Yuyuan Bazar kalau begitu. Setelah keluar masuk toko, akhinya menemukan toko yang menjual barang dengan harga pas. Bagai oase diantara pedagang yang menawarkan barang semena-mena.

Pengeluaran Hari V:
  • Hu-Zhu Route Bus RMB9
  • Short Trip Boat RMB17 (RMB65 dibagi 4 orang)
  • Jajanan RMB5
  • Hu-Zhu Express Bus RMB12
  • Smart Card Day 2 RMB18
  • Makan Siang RMB15
  • Makan Malam RMB15
  • Total Pengeluaran= RMB91


Rabu, 19 Maret 2014

Menj(el)ajah China Utara, Beijing - Shanghai - Hangzhou (4)

CRH: Kereta Super Cepat

Penj(el)ajahan di Kota Beijing akan berakhir hari ini. Kereta Super Cepat dengan nomor kereta G1 membawa penj(el)ajahan ke kota selanjutnya, Shanghai. Berdasarkan literatur, jarak dari South Beijing Railway Stastion ke Stasiun Shanghai HongQiao sejauh 1318 km (setara Jakarta - Lombok).

Tiket kereta sudah dibeli sejak hari kedatangan pertama di Beijing. Walau kereta ini tergolong kereta mahal dengan peminat yang tidak sebanyak kereta jenis lain, tidak ada salahnya membeli tiket lebih awal.
                                 
Kereta G1 berangkat dari South Beijing Railway Station, ulasan mengenai stasiun ini ada di cerita sebelumnya (part 1).

Setelah tiba di South Beijing Railway Station, hanya perlu mengikuti papan petunjuk  untuk mengetahui dimana peron kereta G1. Seperti biasa, papan petunjuk disediakan dalam bahasa China. Namun, abaikan saja tulisan China itu, cukup memperhatikan tulisan G1.

Peron untuk masing-masing keberangkatan baru dibuka 15 menit sebelum jadwal keberangkatan. Waktu yang tersedia digunakan untuk sarapan di restoran cepat saji dalam stasiun seharga RMB15.

Tepat pukul 08.45 peron keberangkatan di buka dan pukul 09.00 kereta beranjak meninggalkan Beijing. Tepat waktu.

CRH: Kereta Super Cepat
Kereta Super Cepat Beijing - Shanghai awalnya didesain mampu mencapai kecepatan 380km/jam, sehingga mampu menempuh jarak Beijing - Shanghai dalam waktu kurang dari 4 jam. Demi alasan keselamatan, saat ini kecepatan kereta ini diturunkan menjadi 300km/jam, dan membutuhkan waktu kurang dari 5 jam untuk menempuh jarak yang sama.

Informasi kecepatan kereta, suhu dan waktu dalam setiap gerbong

Kereta Super Cepat Beijing - Shanghai memiliki dua area sightseeing, gerbong kelas bisnis, gerbong kelas satu, gerbong kelas dua dan kereta makan. Harga untuk kursi sightseeing dan bisnis seharga RMB1.750, RMB950 untuk kelas satu dan RMB553 untuk kelas dua.

Area sightseeing terletak di belakang kopkit yang terdiri dari 5-6 kursi deluxe. Dengan jendela kaca, penumpang dapat melihat bagaimana kereta berjalan dibawah kontrol masinis. Gerbong bisnis terdiri atas 24 kursi deluxe yang setiap kursinya dilengkapi dengan lampu baca, meja makan, LCD TV, wifi dll. Gerbong kelas satu terdapat 4 kursi dalam setiap baris dan 5 kursi dalam setiap baris untuk gerbong kelas dua.

Suasana dalam Gerbong Kelas Dua

Setiap gerbong memiliki toilet dan kran minum air panas. Membawa mie cup dalam kemasan untuk dimakan di dalam kereta merupakan pilihan yang tepat daripada membeli makan siang di dalam kereta seharga RMB45.

Sebelum berhenti di Shanhai HongQiao Station, kereta akan berhenti terlebih dahulu di stasiun Nanjing.

Kurang lebih pukul dua siang, kereta tiba di Stasiun Shanghai HongQiao yang tidak kalah megah dibandingkan South Beijing Railway Station.

Berburu Tiket ke Hangzhou

Segera setelah sampai di Stasiun Shanghai Hong Qiao yang harus dilakukan ialah membeli tiket kereta ke Hangzhou. Ada dua pilihan stasiun keberangkatan ke Hangzhou dari Shanghai, berangkat dari Shanghai Hongqiao atau Shanghai South. Stasiun ketibaan di Hangzhou pun ada dua pilihan, stasiun Hangzhou atau Hangzhou East.

Terdapat empat loket penjualan tiket di Stasiun Shanghai HongQiao, sayangnya dua loket pertama ditemui dalam kondisi tertutup. Hanya tersedia mesin pembelian tiket dalam bahasa China di sekitar loket yang tutup. Bertanya kepada orang-orang di stasiun, termasuk yang menenteng tas sebuah tempat kursus bahasa Inggris pun tidak banyak membantu.

Ditengah keputusasaan, diputuskan menuju stasiun subway guna menuju hotel terlebih dahulu. Mencari tiket ke Hangzhou dilakukan esok hari.

Saat menuju stasiun subway, menemukan dua buah loket penjualan tiket. Satu loket dalam keadaan (lagi-lagi) tertutup, dan satu lagi dalam kondisi buka dengan antrian yang panjang.

Masalah belum selesai, keterbatasan bahasa membuat petugas loket salah mencetak tanggal keberangkatan ke Hangzhou, seharusnya tanggal 9 Maret tapi dicetak keberangkatan hari itu. Beruntung disadari sebelum meninggalkan loket.

Penomoran Jalan Shanghai Yang Teratur

Selama di Shanghai menginap di Rock and Wood International Youth Hostel, beralamat di no 615 Lane, ZhaoHua Road, Changning District, Shanghai. Dari Shanghai HongQiao Station menumpang subway (di Shanghai disebut dengan Metro) line 3 atau 4 turun West Yanan Road Stastion, keluar dari exit 1.

Berbeda dengan hostel sebelumnya yang menyediakan peta menuju hostel dari stasiun subway, penginapan di Shanghai ini hanya menyediakan petunjuk berupa narasi. Peta menuju hotel di dapat dari google-map, yang pastinya tidak sejelas apabila disediakan oleh hostel. Benar saja, sempat berputar-putar cukup lama dan bertanya sana-sini untuk menemukan penginapan tersebut. Salah seorang warga sempat membantu dengan menelpon penginapan, menanyakan pentunjuk menuju kesana.

Sebagai apresiasi atas keramahan dan kesantunan orang China, akan ada bahasan tersendiri yang mengulasnya.

Orang tua sering berkata "ambilah pelajaran dari setiap kejadian". Dalam kebingungan menuju penginapan, disadari bahwa Shanghai memiliki tata penomeran rumah dan blok yang rapi. Nomer genap secara berurutan pada satu sisi jalan, dan nomor ganjil berurutan pada sisi yang lain. Papan nama jalan pun menginformasikan nomor awal dan nomor akhir pada jalan tersebut. Rapi dan Teratur.

Gagal ke Little France

Setelah beristirahat cukup, tujuan awal di Shanghai ialah Little France, Nanjing Road dan The Bund. Dari informasi yang dikumpulkan saat di Jakarta, ada informasi yang berbeda-beda untuk menuju Little France atau France Consession. Setidaknya South Shaanxi Road Station di Line 10 dan Xujiahui Station di Line 1 atau 9 yang sering disebut sebagai stasiun metro terdekat untuk menuju France Consession. Karena stasiun metro Xujiahui lebih mudah diakses dari penginapan, jalur ini pun menjadi pilihan.

Berbekal informasi yang sedikit, bahkan tidak tau haru keluar dimana, pencarian ini menjadi sulit. Tidak seperti di Beijing, stasiun subway atau metro di Shanghai memilik banyak pintu keluar (ada yang mencapai 20 pintu keluar) dengan jarak yang sangat berjauhan. Bisa diibaratkan stasiun metro bawah tanah ada di Dukuh Atas, pintu keluarnya berderet mulai dari HI sampe Semanggi.

Pencarian semakin sulit ketika map yang tersedia di stasiun metro di tulis dalam bahasa China. Diputuskan keluar melalui salah satu pintu keluar yang dalam map tergambar sebuah katredal di dekatnya, mungkin itu Little France. Ternyata bukan.

Bertanya pada setiap orang pun tidak membatu. Seorang warga juga sempat mencoba mencari melalui google-map berbahasa China di ponsel pintarnya tapi juga tidak membantu. Mungkin seperti hendak ke Glodok atau Jembatan Lima, dan bertanya dimana Kampung China.

Barang Murah antara Nanjing Road dan The Bund

Putus asa dengan mencari dimana Prancis kecil, haluan beralih ke Nanjing Road sembari bertekad mengumpulkan informasi lebih detail via internet di penginapan.

Nanjing Road di Shanghai, Wangfujing Road di Beijing, Orchad Road di Singapore, dan road-road lain di Dunia yang menjajakan merek-merek ternama ialah saudara kembar tapi beda bapak dan ibu. Mirip. Menarik? Tidak.

Nanjing Road

Walau tidak tertarik, bolehlah sedikit cerita tentang Nanjing Road. Nanjing Road ini panjangnya 5,5 km. Karena begitu panjangnya, ada dua stasiun metro yang bisa dijangkau ketika hendak ke sini. East Nanjing Road Station dan West Nanjing Road, keduanya di metro line 2. East Nanjing Road Station lebih dekat dengan The Bund. Berhubung tujuan selanjutnya adalah The Bund, maka diputuskan turun di East Nanjing Road Station. Toko-toko di Nanjing Road umumnya buka pukul 10.00-22.00.

Yang cukup membedakan Nanjing Road dengan road-road saudaranya, di Nanjing Road akan banyak dijumpai calo-calo syahwat. Sambil membawa kertas kecil seukuran kartu remi, mereka gencar mendatangi turis sambil berkata "mesej.. mesej.." "seek.. seek" (mengapa seek, bukan sex? karena begitulah mereka mengucapkannya).

Tidak tertarik dengan Nanjing Road, maka cukup berfoto dan segera menuju ke tujuan berikutnya, The Bund. Cukup berjalan kaki mengikuti arus ke arah timur. Dalam perjalanan ke arah The Bund inilah justru diketemukan ketertarikan.

Sepanjang jalan dari East Nanjing Road sampai The Bund akan melewati kota tua bergaya Eropa yang dipenuhi dengan toko-toko. Tidak semewah toko-toko di Nanjing Road, tapi harganya membuat bahagia. Barang-barang yang bagus dengan harga murah sedikit tidak masuk akal, tumpah ruah disini. Yang terpenting, harga murah itu bukan hasil tawar menawar, harga sudah tertulis. Sebuah tas kantor keren dijual seharga RMB100, tidak sampai 200ribu rupiah, sudah tidak ada tas berkualitas bagus seharga itu di Jakarta. Sebuah sweater hangat dijual seharga RMB39, tidak sampai 80ribu rupiah.

The Bund, Must-See-Icon

Pemandandan dari seberang Sungai Huangpu

The Bund diakses dengan berjalan kaki dari East Nanjing Road, melewati kota tua dengan toko-toko murahnya. The Bund merupakan area bantaran Sungai Huangpu, panjangnya kurang lebih 1,5km. Disepanjang bantaran sungai terdapat berbagai macam bangunan tua dengan konsep gotik ala katedral, gaya khas China dan nuansa eropa. Sedangkan dari seberang sungai, akan nampak pencakar-pencakar langit modern Kota Shanghai.
Bangunan Tua di The Bund

Saat yang tepat untuk mengunjungi The Bund ialah pada malam hari, tidak heran jika suasana cukup ramai di malam hari. Lampu-lampu dari bangunan tua yang terpelihara dengan baik berpadu dengan warna-warni lampu bangunan-bangunan modern diseberangnya. Cantik. Sangat Cantik untuk mengakhiri hari itu.

Oh iya, jika di Beijing menggunakan Yikatong untuk keperluan transportasi, selama di Shanghai menggunakan Smart Card. Ada One Day Pass seharag RMB 18 dan Three Day Pass seharga RMB45, dengan kartu ini bebas naik metro 24 jam atau 72 jam sejak penggunaan pertama kali.


Pengeluaran Hari IV:

  • Sarapan RMB15
  • Tiket Kereta ke Hangzhou RMB48
  • Smart Card untuk satu hari RMB18
  • Penginapan 3 Hari 2 amalam RMB108
  • Makan Malam RMB15
  • Total Pengeluaran RMB204








Jumat, 14 Maret 2014

Menj(el)ajah China Utara, Beijing - Shanghai - Hangzhou (3)

Dingginya suhu Kota Beijing tidak membuat surut semangat penj(el)ajahan di hari terakhir. Ada rmpat tempat yang akan dikunjungi hari ini, Summer Palace, Nu Jie Mosque, Temple of Heaven dan Yashow Market. Cukup Padat.

(Lebih) Kedinginan di Summer Palace

Summer Palace awalnya merupakan istana raja pada musim panas, dibangun pada 1750 saat pemerintahan Diansti Qing. Beberapa tahun kemudian, istana ini menjadi kediaman resmi raja. Summer Palace memiliki beberapa pintu masuk, North Gate, West Gate dan East gate. Jika menuju Summer Palace dengan menggunakan subway, maka akan masuk melalui North Gate.

Summer Palace dapat diakses dengan subway Line 4 dan turun di Beingongmen Station. Diantara pintu keluar stasiun subway dan pintu masuk Summer Palace terdapat penjual martabak dan telur rebus seperti yang kemaren ditemui di Deshengmen, harganya lebih mahal dua kali lipat. Lumayan untuk mengganjal perut di pagi hari.

Tiket masuk seharga RMB20 dan apabila ingin tiket terusan ke Dehe Garden, Tower of Buddihst Incense, Wenchang Hall serta Suzhou Street dan Danning Hall harganya RMB50 termasuk tiket masuk. Berdasarkan pengalaman di Forbidden City, dimana sudah kelelahan sebelum masuk spot-spot yang berbayar, juga spot berbayar tersebut belum tentu menarik minat, diputuskan beli tiket masuk saja. Apabila nanti ada spot berbayar yang menarik, tinggal beli tiket disana.

Area pertama yang dilewati ialah sebuah jembatan dengan Suzhou Street dibawahnya, Suzhou Street ini berupa kanal dengan bangunan-bangunan khas di tepinya. Tersedia perahu untuk mengarungi kanal tersebut. Beruntung tadi tidak beli tiket terusan untuk ke Suzhou Street sebab kanal di bawah masih beku. Berfoto diatas jembatan dengan latar kanal pun cukup.
Suzhou Street dengan kanal bekunya

Setelah melewati jembatan, ada sebuah taman yang dipenuhi orang-orang tua China dengan berbagai macam aktivitas seperti taichi, senam, senam kipas, atau sekedar bercengkrama. 

Bangunan di Summer Palace terdiri atas beberapa kuil yang mirip. Semakin lama, letak kuil semakin tinggi sehingga kita harus naik tangga yang cukup melelahkan. Semakin tinggi, suhu semakin dingin, pantas jika kemudian tempat ini dijadikan Istana musim panas. Suhu dingin pagi hari di titik tertinggi Summer Palace melebihi suhu dingin di Bird Nest sore kemarin, telingga sempat memerah, nyeri dan beku.

Setelah melewati titik tertinggi di Summer Palace, jalanan mulai menurun menuju sebuah danau yang Indah. Saat menuruni tangga menuju danau, terlihat kembali beberapa manula yang melakukan beragam aktivitas seperti taichi, judi kecil-kecilan, bahkan sekelompok besar manula sedang berpaduan suara. Mungkin lansia mendapatkan keistimewaan untuk masuk tempat ini.
Heart to Heart Chorus @ Summer Palace

Keluar dari Summer Palace melalui East Gate, di sana terdapat banyak rickshaw yang menawarkan jasa antar-jemput stasiun subway. Namun, memilih jalan kaki ke stasiun subway terdekat bukanlah sebuah pilihan berat. Cukup berjalan lurus ke depan (arah timur), melewati terminal kecil, lurus lagi kurang lebih 1km dan bertemu stasiun Xiyuan.

Makan Siang Enak di Tau Lu Fan

Restoran Tau Lu Fan merupakan satu dari sedikit restoran halal di Beijing. Letaknya di dekat Nu Jie Mosque (satu halte bus sebelum Nu Jie Mossque). Restoran ini hanya buka  saat makan siang (11.00-14.00) dan saat makan malam (18.00-21.00). Tau Lu Fan pernah direkomendasikan oleh Bondan Winarno. Patut dicoba, terlebih lokasinya dekat dengan Nu Jie Mosque, Masjid tertua di Beijing.

Tau Lu Fan dan Nu Jie Mosque bisa diakses dengan subway Line 2 turun di Changchun Jie Station, keluar di Exit C2. Di pintu keluar C2 ada dua cabang tangga keluar, pilih yang sebelah kanan kemudian seberangi jalan dan naik bus No 10, 48, 88, 213 atau 717 dari halte di seberang jalan tersebut.

Jika tujuannya adalah Tau Lu Fan, turun di halte Nu Jie, letak restoran ada diseberang jalan. Jika tujuannya adalah Nu Jie Mosque turun di halte Nu Jie Li Bai Si.

Rekomendasi Bondan Winarno memang tidak perlu diragukan, rasa makanan di sini sangat pas dengan lidah Indonesia. Maaakkkkk nyuuuuuussss... Harganya pun terjangkau, terlebih jika makan rame-rame karena sistemnya menu share.

Sebagai informasi, hanya diberikan waktu satu jam untuk makan di sini. Ketika hampir satu jam, pelayan akan menginggatkan.

Satu hal yang menggelitik, restoran muslim ini menjual beer. Apakah beer halal??

Pengemis di Nu Jie Mosque
Nu Jie Mosque Tampak Depan

Dari Tau Lu Fan menuju Nu Jie Mosque cukup dengan berjalan kaki. Melihat penampakannya yang mirip bangunan China, tidak akan menyangka ini merupakan sebuah masjid. Masjid berwarna abu-abu tua dengan atap lengkung berwarna merah berhiaskan ukiran China. Pintu masuk masjid ada di samping, mungkin pintu utama hanya di buka pada saat-saat tertentu. Tiba di sana bersamaan dengan jemaah yang baru selesai melaksanakan sholat dzuhur.
Jadwal Sholat dalam Bahasa China

Nu Jie merupakan masjid tertua di Beijing, dibangun oleh dua pedagang Arab (makam mereka ada di kompleks Masjid). Di kompleks masjid terdapat madrasah, makam, serta dua ruang sholat yang terpisah untuk pria dan wanita.

Yang menarik dari masjid ini bahwa selama di Beijing hampir tidak pernah menemukan pengemis (kalau di Shanghai banyak pengemis dan gelandangan), namun di Masjid ini ditemukan pengemis. Sedih.

Cerita yang lebih menarik, seusai Sholat, tidak lupa curi-curi untuk mengabadikan keindahan interior Masjid. Kamera Handphone sempat berbunyi saat curi-curi foto, dan marbot masjid yang duduk dibelakang ngomong sesuatu dalam bahasa China, mungkin teguran. Ternyata marbot tadi menyuruh untuk foto di belakang mimbar karena di sana terdapat ukiran kaligrafi yang bagus. Marbot tadi juga membagikan pamflet sejarah Masjid dalam bahasa Inggris serta mencoba menjelaskan dengan bahasa China. Dari panjang lebar tutur bahasa marbot tadi, yang dipahami hanya bahwa namanya Haji Yusuf. Klimaks dari cerita ini, Haji Yusuf aka Marbot meminta bayaran per orang. Sedih Pedih.

Haji Yusuf (berpeci) menerangkan ukiran kaligrafi

Mahyong di Temple Of  Heaven

Temple of Heaven, salah satu icon kota Beijing yang sering muncul di brosur-brosur wisata China. Terletak di pintuk keluar A, Tiantan Dongmen Station, stasiun subway line 5.

Temple of Heaven dibangun oleh Yongle Emperor pada 1402 masehi. Temple of Heaven terdiri atas beberapa bangunan, termasuk The Hall of Prayer for Good Harvest. Sebuah bangunan berbentuk silinder dan atap kerucut bersusun tiga. Seluruh bangunan terbuat dari kayu, sedangkan pelatarannya terbuat dari marmer berwarna putih. Perpaduan yang cantik.

Jika di Summer Palace didominasi oleh manula yang ber-taichi, di Temple of Heaven terdapat sebuah koridor yang di penuhi orang-orang bermain mahyong. Menarik.

Tiket Masuk Temple of Heaven seharga RMB 10 dan RMB20 untuk masuk ke The Hall of Prayer for Good Harvest.
Temple of Heaven

Tawar Menawar di Yashow Market

Tujuan pamungkas di Kota Beijing, sekaligus untuk berburu adalah Yashow Market. Yashow Market atau disebut juga Yaxiu Market dapat diakses dengan subway Line 10 dan turun di Tuanjiehu Station. Dari Tuanjiehu Station masih harus berjalan kaki kurang lebih satu kilometer. Mengingat jarak stasiun ke Yashow yang cukup jauh, saat kembali dari Yashow dibutuskan naik bus ngasal yang bergerak ke arah stasiun.

Mencari yashow cukup sulit karena sedikitnya informasi yang dimiliki. Berbekal tulisan Yashow dalam huruf China, bangunan berlantai lima tersebut akhirnya diketemukan juga.

Di lantai 1-3 terdapat toko yang menjual baju-baju, sedangkan souvenir untuk oleh-oleh ada di lantai 5.

Berbelanja di Yashow dan tempat belanja lain di Beijing cukup menyebalkan karena pedagang menawarkan barang dengan harga yang tidak masuk akal. Contohnya jaket panda yang di Bird Nest dijual dengan harga RMB40, di sini ditawarkan dengan harga RMB680, pedagang terus menerus menurunkan tawarannya sampe RMB50. Gila.

Pandai-pandai lah dan tega-tegalah dalam menawar.

Pengeluaran hari III:

  • Martabak di Summer Palace RMB10
  • Tiket Masuk Summer Palace RMB20
  • Makan Siang di Tau Lu Fan RMB24 (setelah dibagi 3 orang)
  • Haji Yusuf RMB5
  • Tiket Masuk Temple of Heaven RMB30
  • Makan Malam RMB15
  • Total Pengeluaran = RMB104

Rabu, 12 Maret 2014

Menj(el)ajah China Utara, Beijing - Shanghai - Hangzhou (2)

Rencana penj(el)ajahan hari kedua ialah tempat yang kudu harus dikunjungi ketika di Beijing, Great Wall dan National Staduim 'Bird Nest'.

Penj(el)ajahan pagi diawali dengan sarapan menu khas China di restoran kecil sekitar penginapan, ada semacam bubur beras, semacam siomay dan semacam bakpao. Karena menu ditulis dalam tulisan China, cara memesan makan yang efektif ialah dengan menunjuk pesanan/ makanan orang lain. Bagi penjual yang tidak bisa bahasa Inggris, cara menginfokan harga yang efektif ialah dengan menunjuk uang yang harus dibayar. Cukup Mudah.

Sarapan seharga RMB15

Tersesat Menuju Great Wall

Terdapat dua pintu masuk Great Wall yang mudah diakses dari Beijing, yaitu Badaling dan Mutianyu. Badaling lebih dekat jaraknya dari Beijing dengan waktu tempuh yang lebih singkat (1 Jam). Badaling lebih terawat dan lebih banyak toko souvenir serta restoran. Alasan-alasan tersebut yang membuat pilihan jatuh kepada Badaling. Walaupun karena jarak dari Beijing yang lebih dekat, Badaling lebih banyak turis. 

Dari Beijing menuju Badaling ada dua alternatif moda transportasi:
  1. Bus, Bus Nomor 877, 919 dan 880 dari Deshengmen seharga RMB12 atau RMB4,8 jika menggunakan Yikatong
  2. Kereta Api, berangkat dari North Railway Station seharga RMB6.
Seusai sarapan, bergegas menuju le North Railway Station. Berencana naik kereta ke Badaling pukul 09.02. North Railway Station bisa diakses dengan subway Line 2, 4 atau 13 dan turun di Station Xizhimen. Sayangnya ketika sampai stasiun, kereta keberangkatan 09.02 sudah habis, jadwal selanjutnya adalalah 10.57 yang berarti harus menunggu dua jam lagi.

Tidak mau menunggu terlalu lama, kami segera menuju Deshengmen untuk naik bus menuju Great Wall. Stasiun subway terdekat menuju ke Deshengmen ialah Stasiun Jishuitan di line 2, keluar dari Exit A dan berjalan terus kurang lebih 450m sampai menemukan sebuah bangunan besar khas China berwarna abu-abu. Di depan bangunan tersebutlah, bus ke Badaling mangkal. Sepanjang Stasiun Jishuitan sampe Deshengmen Tower terdapat banyak bus yang bertuliskan 919,877 dan 880, termasuk disebuah terminal kecil, abaikan saja.

Bus 877 berhenti lebih dekat dengan pintu masuk Great Wall, sedangkan bus 919 dan 880 berhenti di dekat cable car. Jika berencana mendaki Great Wall dengan cable car, 919 adalah pilihan yang tepat.

Sesampainya di depan Deshengmen tower, terdapat bus 919 yang akan berangkat, sungguh sebuah keberuntungan (sepertinya). Bus masuk toll, meninggalkan pusat kota Beijing. Kurang lebih satu jam perjalanan, masih di toll, Great Wall sudah mulai nampak dikejauhan sisi kanan dengan petunjuk jalan Badaling 3km. Wah! Great Wall sudah dekat.

Tiga kilometer sudah berlalu, Great Wall dikejauhan juga sudah hilang, namun bus belum juga keluar dari jalan toll. Foto Great Wall pun ditunjukkan kepada kondektur untuk mendapat pencerahan. Kondektur berbicara dalam bahasa yang sama sekali tidak dipahami sambil menunjuk arah seberang jalan. Apa maksudnya????

Kebingungan tidak cukup disitu, bus berhenti pada sebuah halte di tengah jalan toll dan kondektur meminta kami turun sambil menunjuk-nunjuk sisi seberang jalan. Apa maksudnya???? Apakah pintu masuk Great Wall ada di seberang jalan??

Beberapa warga yang ditanya (bertanya dengan memperlihatkan foto great wall) pun menjawab dengan bahasa yang tak dipahami sambil menunjuk seberang jalan.

Secercah harapan mumcul ketika seorang Kakek tua dengan bahasa tubuhnya meminta pena untuk menulis sesuatu. Mungkin kakek tua ini bisa Bahasa Inggris, tidak seperti generasi mudanya. Ternyata, kakek ini menuliskan tiga huruf cina pada secarik kertas. Apa artinya????
                                        
Tersesat di Toll

Bermodal secarik kertas dengan tulisan China, ditemani suhu dibawah 5 derajat celcius, berkawan angin yang semakin menusuk kulit, diseberangilah pembatas jalan toll guna menuju sisi seberang jalan.

Oh Tuhan, setelah memperhatikan setiap bus yang lewat dan mencoba memahami petunjuk di halte, terungkaplah sebuah kenyataan pahit. Salah naik bus. Seharusnya naik bus 919, tapi tadi naik bus 919 dengan dua huruf China di belakangnya. Mungkin jika diterjemahkan berarti 919 ekspress atau 919 AC karena bus 919saja tidak masuk jalan toll.
Bus 919saja dan 919 dengan dua huruf china di belakangnya

Tulisan China dalam secarik kertas yang ditulis Kakek tadi ialah nama halte yang harus dituju dengan bus 919saja. Setelah hampir satu setengah jam kebingungan dan kedinginan, Bus 919saja pun tiba, sang sopir juga mengangguk ketika ditunjukkan foto Great Wall.

Bus 919saja berhenti pada sebuah bangunan megah yang tidak terpakai, di sana tersedia shuttle bus gratis menuju Great Wall. Dari pemberhentian shuttle bus, pintu masuk cable car terletak 40 meter ke sebelah kiri. Tiket Cable car senilai RMB80 untuk sekali jalan dan RMB100 untuk pulang pergi, tiket masuk Great Wall seharga RMB50.

Great Wall

Puas berfoto dengan salah satu keajaiban dunia yang selama ini hanya nampak di belakang atlas bersama 6 keajaiban dunia lainnya atau yang hanya terlihat di buku RPUL, tidak lupa membeli medali seharga RMB10 sebagai tanda pernah singgah di kuburan terpanjang di dunia ini (pasti banyak pekerja yang mati saat membangun Great Wall).
I Have Climbed The Great Wall

Kembali ke Beijing dengan menggunakan bus 919saja (lagi) karena jadwal keberangkatan kereta tidak pas dengan jadwal kembali ke Beijing.

Saat turun dari bus di Deshengmen, ada beberapa penjual jajanan yang enak dan murah. Semacam martabak (gak tau namanya) seharga RMB5, telor rebus seharga RMB2, yoguhrt seharga RMB5, dll 

Kedinginan Di Bird Nest


Bird Nest

Satu lagi tempat yang harus dikunjungi di Beijing, stadion pembukaan Olimpiade 2008, Bird Nest. Subway menuju Bird Nest terdapat di Line 8, Olympic Sport Center Station dan keluar di Exit B.

Selain Bird Nest, disini juga bisa melihat water cube dan deretan pencakar langit kota Beijing. Waktu yang pas untuk mengunjungi Bird Nest dan Water Cube adalah malam hari. Bird Nest akan diterangi cahaya dari lampu sorot, sementara water cube akan mengeluarkan cahaya dari gelembung-gelembungnya.

Angin sore saat itu bertiup kencang sehingga menambah dingin suasana akhir winter. Pasti akan lebih dingin jika mengunjungi Bird Nest pada malam hari, walaupun pemandangannya lebih indah.
Water Cube

Di area Bird Nest terdapat banyak tukang foto (seperti pada umumnya obyek wisata), namun sebaiknya berhati-hati. Sempat terlihat adu mulut antara dua wisatawan China yang dikeroyok para tukang foto, sepertinya ada sesuatu yang tidak sesuai kesepakatan awal. Di sini juga terdapat penjual oleh-oleh, khushnya souvenir sisa Olimpiade 2008 yang dijual cukup murah.

Makanan Aneh dan Mahal di Wangfujing Street

Wangfujing ini semacam Orchard road di Singapore atau Nanjing road di Shanghai, berjejer toko-toko barang bermerek. Wangfujing ditutup bagi kendaraan bermotor, hanya ada pejalan kaki dan kereta mini. Seperti halnya Qianmen Street, Wangfujing memiliki sebuah hutong yang menjual aneka makanan dan souvenir.
Wangfujing Street

Akses menuju Wangfujing dengan subway Line 1 turun di Wangfujing Station.

Seperti tertulis di atas, Wangfujing 11:12 dengan Orchard road sehingga kurang menarik, lebih tertarik dengan hutong yang menjual aneka makanan mulai dari serangga, bintang laut, yoguhrt, sate manisan buah, kacang kering dll. Dibandingkan dengan Qianmen Street, jajanan di Wangfujing lebih bervariasi dengan harga yang lebih mahal. Sebagai informasi, mamang-mamang penjual jajanan disini mungkin sudah jadi artis kalau di Indonesia, wajah mereka cukup menjual.

 Bakso


Yoguhrt khas Beijing


 Bintang Laut hiiii.....

Tahu Kuah

Pengeluaran Hari II:
  • Sarapan RMB15
  • Tiket Masuk Great Wall RMB50
  • Cable Car (pp) RMB100
  • Medali Great Wall RMB10
  • Martabak di Dongchemen RMB5
  • Aneka Jajanan di Wangfujing RMB20
  • Total Pengeluaran = RMB200

Menj(el)ajah China Utara, Beijing - Shanghai -Hangzhou (1)

Menginap di Bandara Internasional Beijing

Pesawat  ke Beijing akhirnya tiba 4 Maret 2014 pukul 1 dini hari waktu setempat, setelah menempuh perjalanan 6 jam dari Bandara LCCT Malaysia tempat transit selama 5 jam dari Jakarta.

Malam itu diputuskan menginap di Bandara Internasional Beijing, selain karena jadwal ketibaan pesawat yang sudah larut malam juga untuk menghemat biaya hotel. Tempat beristirahat pagi buta saat itu adalah ruang tunggu bandara yang berada di luar security check. Walau letaknya sudah di luar bandara, tempat ini mampu melindungi dari dinginnya suhu kota Beijing malam itu yang berada di bawah nol derajat celcius. Dipilih deretan kursi tunggu di sisi kanan pintu keluar karena lebih dekat dengan toilet dan kran air panas. Urusan bersih diri jadi lebih mudah, urusan perut pun bisa diatasi dengan mie cup dalam kemasan yang dibawa dari Jakarta.

Meninggalkan Bandara sekitar pukul 7 pagi untuk menuju hostel tempat menginap selama 4 hari 3 malam di Beijing, Dragon King Hostel yang beralamat di No.78 Dongsi Jiutiao, Dongcheng District. Perjalanan dari Bandara menuju penginapan menggunakan Airport Express seharga RMB25 sampai Dongzhimen Station, di stasiun tersebut berpindah moda menggunakan Subway menuju Zhangzizhonglu Station.

Tiba di Beijing

Keliling Beijing dengan Yikatong

Untuk keperluan transportasi selama di Beijing, diputuskan untuk membeli semacam Smart Card yang di Beijing disebut dengan YIKATONG. Yikatong bisa digunakan untuk membayar tiket Subway dan Bus. Yikatong bisa diperoleh di semua stasiun subway dengan harga RMB50 (termasuk deposit RMB20).
                                         
Pada jam-jam sibuk, kepadatan Subway di Beijing sudah mirip dengan KRL di Tanah Air dengan beberapa perbedaan sebagai berikut:
  1. acap kali memasuki stasiun subway di Beijing (ini juga berlaku di Shanghai, namun orang Beijing lebih tertib karena ada Tentara yang berjaga), kita akan mendapati pemeriksaan seperti ketika hendak memasuki Bandara.
  2. Penumpang Subway di Beijing lebih tertib dalam hal mendahulukan penumpang yang keluar, tidak seperti di Tanah Air yang saling dorong.
  3. Di setiap stasiun di beijing dan shanghai berkeliaran banyak petugas yang tidak sungkan untuk berteriak jika ada yang berulah, seperti jika ada calon penumpang melewati garis kuning di dekat perlintasan.
  4. Bau penumpang KRL di Indonesia lebih menyehatkan hidung daripada bau penumpang Subway di Beijing, yang memaksa hidung berhenti bernafas pada 2 menit pertama memasuki Subway


Stasiun Beijing yang Megah


Beijing South Railway Station

Setelah menitipkan tas ransel di Dragon King Hostel, Beijing South Railway Station menjadi tujuan perdana kami dalam perjalanan di Beijing guna membeli tiket ke Shanghai sebagai destinasi selanjutnya. Ada tiga pilihan kereta dari Beijing ke Shanghai:
  1. Kereta Super Cepat, dengan lama perjalanan 5 jam
  2. Kereta Cepat, dengan lama perjalanan 9 jam
  3. Kereta Biasa, dengan lama perjalanan 11 jam.
Jarak tempuh dari South Beijing Railway Station ke Shanghai Hongqiao adalah 1318km, jika dibagi dengan waktu tempuh maka kecepatan rata-rata mencapai 263,3km/jam. Kereta ini lah yang dipilih dengan alasan kenyamanan dan sebuah pengalaman baru merasakan kereta yang mampu menembus kecepatan 300km/jam lebih, yang entah kapan bisa dinikmati di Tanah Air.

Tiket kereta dibeli di lantai 2, cukup dengan menyebutkan kelas, tanggal, jam dan jumlah tiket. Tidak ada kesulitan yang berarti, setidaknya tida sesukar yang dibayangkan. Tiket Kereta Super Cepat kelas 2 seharga RMB553.

Bangunan South Beijing Railway Station sangat megah untuk sebuah stasiun kereta api, bahkan lebih megah daripada Bandara Soetta. Bangunan terdiri atas tiga lantai: lantai 1 untuk stasiun subway, lantai 2 untuk loket pembelian tiket, deretan restoran cepat saji dan boarding gate, lantai 3 untuk lintasan kereta api.

Makan siang di South Beijing Railway Station seharga RMB19.

Tiananmen Square dan Forbidden City
Seusai mendapatkan kereta tujuan Shanghai dan makan siang, menimati kota Beijing pun dimulai. Dimulai dengan icon kota Beijing yaitu Tiananmen Square dan Forbidden City. Tiananmen Square dan Forbidden City terletak dalam satu lokasi, bahkan sulit untuk menentukan pemisah antara Tiananmen Square dan Forbidden City. Kedua lokasi ini bisa ditempuh dengan menggunakan Subway Line 1 turun di Stasiun Tiananmen East atau Tiananment West.

Tiananmen Square dan Forbidden City dipisahkan sebuah gerbang merah dengan foto narsis Mao Tse Dong. Area dari gerbang tadi sampe ke monumen People Square adalah Tiananmen Square, sedangkan untuk menuju Forbidden City masuk melewati gerbang tadi.
Gerbang Pemisah Tiananmen Square dan Forbidden City

Forbidden City kini diubah namanya menjadi Palace Museum (sesuai yang tertera pada tiket masuk). Sesuai namanya, lokasi ini dulu digunakan sebagai istana bagi 24 kaisar dan terlarang bagi orang luar tanpa seijin kaisar. Forbidden City ini sangat luuuaasssss yang memiliki banyak sekali bangunan dengan fungsi yang berbeda, namun bentuk dan rupa yang mirip.
 Forbidden City

Jarak dari pintu keluar Forbidden City ke Stasiun Subway cukup jauh, akhirnya naik bus mejadi pilihan. Naik bus sampe  Stasiun subway Wangfujing dan berganti moda disana guna menuju penginapan untuk cek in dan istirahat.

Tiket Masuk Forbidden City seharga RMB40

Jajanan Murah di Qianmen Street
Hutong di Qianmen Street

Perjalanan hari pertama diakhiri di Qianmen Street. Untuk menuju kesini menggunakan Subway Line 2 turun di Qianmen Station, keluar dari Southwest/ Southeast exit dan harus mengitari sebuah gerbang besar khas China.

Qiananmen Street dipenuhi toko-toko makanan, teh, es krim, baju-baju terkenal dan cafe. Jalanan sepanjang 840m ini ditutup untuk kendaraan, tersedia trem sebagai sarana untunk sightseeing. Di Qianmen Street terdapat hutong (gang china), dalam hutong ini ada restoran, toko souvenir dan jajanan-jajanan murah seperti sosis, sate manisan, kacang kering dll.

Makan Malam di Qianmen seharga RMB31
Jajanan Pinggir Jalan seharga RMB6

Pengeluaran Hari I:
  • Airport Train RMB25
  • Yikatong RMB50
  • Makan Siang RMB19
  • Kereta Super Cepat ke Shanghai RMB553
  • Tiket Masuk Forbidden City RMB40
  • Makan Malam RMB31
  • Jajanan Pinggir Jalan RMB6
  • Penginapan untuk 3 malam RMB180
  • Top Up Yikatong RMB20
  • Total = RMB924




Kamis, 04 April 2013

Amazing Thailand - Persiapan

Setelah berkutat dengan video perjalanan ke Thailand (Phuket dan Bangkok), akhirnya berkesempatan juga mengisahkan perjalanan melalui tombol-tombol papan ketik. Inilah kisah ku... jreng... jreng... tetot.......

Merencanakan liburan ke Phuket dan Bangkok pada 20-25 Maret 2013. Semula hanya seorang teman yang akan menemani perjalanan ini, namun kemudian menyusul dua teman lain bergabung. 

Bagaimana persiapannya????

1. Transportasi

    Pencarian penerbangan telah dilakukan sejak bulan Desember 2012. Jatuhlah pilihan pada AirAsia untuk memberangkatkan ke Phuket. Dijadwalkan berangkat dari Soetha tanggal 20 Maret 2013 jam 17.20 dan tiba di Phuket Int'l Airport jam 20.10. Tiket berangkat berhasil didapatkan seharga Rp632.000, namun dua teman yang nyusul mendapatkan harga yang lebih tinggi.

    Untuk kembali ke Jakarta pilihan jatuh ke TigerAirways yang dijadwalkan take off dari Suvarnabhumi Airport Bangkok tanggal 25 Maret 2013 jam 11.15 dan tiba di Jakarta jam 14.55. Tiket pulang ke Jakarta didapatkan seharga THB2989, dan dua teman yang nyusul lagi-lagi mendapatkan harga yang lebih tinggi.

    Dari Phuket menuju Bangkok lebih memilih Bus daripada pesawat, selain harganya lebih murah dan menghemat biaya penginapan (perjalanan dilakukan malam hari), juga berharap perjalanan darat 12 Jam dengan transportasi umum di negeri orang akan menjadi pengalaman seru dan berharga. Dari informasi yang dikumpulkan, ada berbagai macam kelas dan jadwal keberangkatan menuju Bangkok, tiket dapat diperoleh di Phuket Bus Terminal.

2. Penginapan

     Berhubung harga kamar di Thailand cukup terjangkau dan juga rencana awal cuma berdua, private room menjadi pilihan daripada dormitory. Inilah penginapan yang dipesan:

Nirvana Inn Phuket
20/12 Sirirart Rd., Patong, Phuket
20-22 Maret 2013
Rp630.808/Malam

Ibis Sathorn Bangkok
Soi Ngam Duphli Rama Sathorn
23-25 Maret 2013
Rp.767.689,28/Malam

     Pemesanan Nirvana Inn Phuket melalui www.agoda.com sedangkan Ibis Sathorn Bangkok langsung via official webiste hotel di www.ibis.com

3. Itinerary

    Guna memudahkan perjalanan selama di Thailand dibuat rencana perjalanan berdasarkan kedekatan lokasi dan kenyamanan yang memuat lokasi obyek, waktu tempuh menuju obyek dan berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mejelajahi obyek. Rencana perjalanan ini juga berguna untuk menetukan obyek-obyek mana yang dapat dipesan secara online, sehingga mendapat kepastian harga, tidak perlu membawa uang tunai terlalu banyak dan siapa tahu dapat potongan harga. Rencana perjalanan bersifat flesibel. menyesuaikan kondisi lapangan.
      
      Berikut itinerary singkat selama di Phuket dan Bangkok:
Hari I
Penerbangan Jakarta-Phuket
Cek In di Nirvana Inn
Jalan-jalan malam di Bangla Road

Hari II
Tour Phi Phi Island
Pertunjukan Simon Cabaret

Hari III
Cek Out dari Nirvana Inn
Menjelajahi Phuket Town
Perjalanan darat menuju Bangkok

Hari IV
Tiba di Bangkok
Mengunjungi Grand Palace, Wat Pho dan Wat Arun
Makan siang di Kaosan Road
Cek In di Ibis Sathorn Bangkok
Suan Lum Market Bazaar

Hari V
Madame Tussauds
Jim Thompson's House
Cathuchak Market
Patpong Night Market

Hari Vi
Penerbangan Bangkok - Jakarta

     Tiket Madame Tussauds dapat dibeli secara online dengan potongan harga 50% (tuhkan dapat potongan harga), tiket dijual secara online THB400 dari harga asli THB800. Tiket online diperoleh di http://www.madametussauds.com/Bangkok/ dan berlaku untuk satu bulan (tidak terikat pada tanggal tertentu).

     Pertujukan Simon Cabaret juga menawarkan pembelian online, namun Miss Ladda memberikan harga tiket yang lebih murah. Siapa Miss Ladda? Miss Ladda adalah seorang travel agent yang cukup beken di kalangan pelancong kaskus, menghubungi Miss Ladda untuk setidaknya mendapatkan harga pasar atas Tour Phi Phi Island dan Simon Cabaret. Miss Ladda menawarkan paket tour Phi Phi Island seharga THB1200 dan Simon Cabaret (termasuk antar jemput hotel - simon) seharga THB700 untuk bangku VIP. Rencannya tour Phi Phi dan tiket Simon Cabaret akan dibeli setelah tiba di Phuket.

    Itulah sedikit persiapan untuk menuju Thailand, nantikan laporan perjalanannya. :-)

Rincian Pengeluaran di Jakarta:
Tiket Jakarta - Phuket          Rp632.000
Tiket Bangkok - Jakarta       Rp971.425 (THB2989 x kurs 325)
Nirvana Inn                          Rp630.808 (Rp630.808/2 org x 2 mlm)
Ibis Sathorn                          Rp767.689 (Rp767.689/2 org x 2 mlm)
Tiket Madame Tussauds       Rp136.400 (THB400 x kurs 341)
Total                                  Rp3.138.322

        

Rabu, 12 Desember 2012

Mengejar Senja

bentangan senja dari  tempat terindah



    Teddys Bar Kupang, 8 Oktober 2011




Tanah Lot Bali, 16 Nopember 2010


Rooftop HomeStay RumahKu, Tuban, Bali, 27 januari 2011




    Senggigi Beach Hotel - 6 Desember 2012